Ini
Bukan Sekadar Move On, Ini tentang Dream On
Istilah
move on akhir-akhir ini menjadi
sering membahana, meliuk sana-sini dalam kehidupan para remaja. Move on menjadi beken dan tenar sebab
dikaitkan dengan kehidupan cinta. Ya, ini tentang kisah cinta. Kisah cinta yang
di dalamnya berlumurkan dunia pacaran, putus cinta, kemudian menjadi galau,
stres, dan ajakan untuk bangkit dari keterpurukkan itu. Di sinilah kata move on mendapat porsinya. Namun,
berbicara mengenai move on, istilah
padan yang biasanya terletup sebelumnya ialah galau. Galau dulu baru move on. Move on itu terbit untuk menenggelamkan galau. Kekhasan ini sangat
kental dan nyata dalam kehidupan berpacaran. Biasanya dalam pacaran, ketika
seseorang merasa sakit hati akibat ulah pasangannya, ia lalu menjadi murung,
sedih, suasana hati tak keruan. Itulah galau. Kemudian, datanglah ujaran moveon sebagai cemeti motivasi untuk
kembali bersemangat, terlepas dari kesedihan, keluar dari sangkar sakit hati. Move on menjadi suatu ajakan asa,
pembangkit harapan baru untuk tidak lagi larut dalam galau itu. Intinya adalah move on ini biasa digunakan dalam
kehidupan anak muda, terkhusus pada alur pacaran yang dijalaninya.
Patah
hati itu hal biasa. Sangat biasa. Pengalaman galau merupakan badai yang harus
dilalui dan tak bisa dielakkan. Pacaran itu bagai suatu pengarungan atas sebuah
taman indah yang di dalamnya menyuguhkan eloknya warna-warni bunga, harum
kuntumnya yang membuai, memberikan energi dan fantasi luar biasa, tetapi di samping
itu, ada pula duri dan getah yang siap sedia untuk mencederai. Ada sengatan
lebah yang membuat air mata harus tercucur. Pengalaman sakit hati ketika
kesetiaan tak lagi dihargai, ketika ketulusan harus dinodai, ketika cinta kasih
berubah menjadi benci amarah. Pada titik ini, timbullah suatu kejatuhan yang
dinamakan kekelaman cinta. Cinta yang kelam itu muram, lebam, melempem. Tak ada
lagi harapan untuk bangkit, bangun berdiri dan menatap hidup secara lebih
positif. Kungkungan galau menyebabkan tak adanya gairah untuk menjalani hidup
ini. Ini seolah-olah api semangat itu hanya akan ada apabila kehidupan cinta
berjalan dengan baik. Ini seakan-akan tidak ada lagi daya penopang hidup yang
muncul dari aspek kehidupan lainnya. Relasi dengan pacar tumbang, kehidupan
turut tenggelam. Ini salah dan mesti diperbaharui.
Sudah
dikatakan bahwa habis galau, terbitlah move
on. Move on sebagai kata asing
mendapatkan porsi yang cukup tampan dalam perbendaharaan kata anak muda
Indonesia, terkhususnya dalam konteks ini. Move
on merujuk pada berubah, bergerak dari posisi sebelumnya, memutar haluan
menuju posisi dan disposisi diri yang baru. Terdapat suatu ajakan, seruan untuk
berbenah diri. Move on membicarakan
semangat baru, asa baru, dobrakan baru dalam setiap pemaknaan alur hidup ini. Move on adalah kebangkitan. Masalah
dilihat sebagai bagian hidup yang mesti dilewati dan sekaligus menjadi motivasi
untuk lebih baik lagi.
Fokus
kali ini adalah pembicaraan relasi pacaran bagi kita yang telah memasuki usia
20-an. Usia 20-an seringkali dilihat sebagai masa dewasa awal. Pada usia ini,
seorang anak manusia rata-rata telah memasuki dunia perguruan tinggi atau
bahkan ada yang telah mengarungi lahan kerja. Di sinilah pematangan itu
terbentuk. Artinya, pacaran pada fase usia seperti ini harus sudah berbicara
tentang keseriusan. Hubungan percintaan bukan lagi hal yang main-main. Di
sinilah, visi dan misi akan masa depan mulai terbina secara perlahan-lahan.
Harus ada deskripsi tentang model kehidupan masa depan yang diidamkan. Dengan
demikian, pembicaraan tentang pacaran pun merujuk pada keseriusan, kesungguhan
untuk bertengger pada bahtera hidup bersama.
Galau,
lalu diiringi dengan move on merupakan
peristiwa alamiah yang patut dilewati pada tataran usia 20-an. Namun, lebih
daripada itu, kita tidak hanya sekedar move
on saja. Harus ada cemeti yang lebih motivatif daripada move on. Ini berarti kita harus dream on. Ya, kita mesti bermimpi. Mimpi
itu tentang masa depan, tentang kehidupan kita selanjutnya. Hidup adalah suatu
pergulatan dinamis. Oleh karena itu, bermimpilah utnuk memiliki pasangan hidup
yang tepat. Main-main gila dalam pacaran bukan lagi zamannya. Sekarang adalah
momen yang tampan untuk mencari pasangan hidup yang menuju pada pelaminan.
Kegalauan hati bisa disangkal dengan upaya bergerak maju, merenung diri,
intropeksi diri, refleksi sejenak, dan menemukan sosok yang tepat yang bisa
diajak serius. Hidup adalah pendewasaan. Terkadang, ada orang yang meskipun
usianya sudah semakin dewasa, tetapi tingkah laku pacarannya sangatlah
kanak-kanak. Mereka itu memiliki kedangkalan motivasi, hidup tanpa mimpi.
Sungguh berbahaya kalau sikap seperti ini tidak segera dieliminasi.
Hal
selanjutnya yang mesti diperhatikan adalah menemukan pacar yang juga mampu
berbicara tentang sinyal-sinyal keseriusan masa depan. Pacar ini bukanlah
pelampiasan dari kegalauan hati sebelumnya. Tentunya, pemilihan pacar itu
merupakan kehendak bebas dari dalam diri tanpa adanya intervensi tertentu
ataupun dorongan batin yang tak menentu. Kita memilih pasangan tersebut harus
dengan senyum bahagia bahwa Tuhan telah menyediakan makhluknya yang tepat buat
kita. Setiap kesempatan untuk memberikan kasih dan mendapatkan kasih mesti
dipergunakan sebaik mungkin. Perjumpaan dengan orang yang tepat itu langka dan
justru itulah letak keberhargaannya. Oleh karena itu, nikmatilah, kenalilah
calon pasangan masa depan kita, dan ambillah keputusan yang tepat. Bermimpilah
bahwa dia akan hidup bahagia bersama kita. Satu pola pikir mesti terbentuk
bahwa segala pengalaman yang telah kita lalui menuntun kita menuju muara
pendewasaan diri. Kita bukan lagi masih pada kuncup pubertas tetapi sudah
dipersiapkan untuk menjalin hubungan yang serius. Kadang, orang yang dewasa
dalam usia, belum tentu juga dewasa dalam sikap. Tua kan belum tentu dewasa.
Usia
20-an sudah merupakan modal kematangan bagi kita untuk menjalin relasi yang
intim. Dream on bukanlah sebuah
ujaran yang titik fokusnya pada mimpi doang,
melainkan maknanya lebih komprehensif daripada itu. Dream on itu realisasi mimpi, mimpi yang membumi. Menikmati
masa-masa perkuliahan atau ruang kerja dalam titian karir sambil menaruh
keseriusan pada hubungan percintaan merupakan hal yang sangat indah. Inilah
namanya pemaknaan atas hidup. Pada akhirnya, jangan takut untuk galau,
berusahalah untuk move on, dan
beranilah unuk dream on. Sekali lagi,
ini bukan sekadar move on.
07.28
Share: